Psikologi dalam Copywriting

Cuma dengan pilihan kata dan kalimat yang tepat, kamu bisa bikin orang mau bayar, ngehubungin kamu, atau langsung booking.

Dapatkan notifikasi ke email kamu setiap kali ada tulisan baru. GRATIS.

Subscription Form

Copywriting itu mainnya di psikologi, pakai kata-kata yang bikin orang langsung mikir “oke, gue mau beli!” atau “kayaknya gue butuh ini deh.”

Cuma dengan pilihan kata dan kalimat yang tepat, kamu bisa bikin orang ambil kartu kredit, ngehubungin kamu, atau langsung booking.

Tapi… kata-kata seperti apa sih yang bisa ngelakuin itu? Dan gimana cara pakainya?

Yuk, kita bahas bareng. Biar copy kamu nggak cuma dibaca, tapi juga beraksi.

Apa itu Psikologi dalam Copywriting?

Gini… waktu seseorang beli sesuatu, keputusan mereka sering dipicu sama dorongan psikologis, bukan sekadar logika. Nah, di sinilah peran copywriting masuk.

Dengan pakai trigger psikologis yang tepat, kita bisa nulis copy yang nggak cuma dibaca, tapi juga bikin audiens ngeh, nolak scroll, dan akhirnya take action.

Jadi, kalau kamu pengen copy yang benar-benar ngena, ya kita perlu mainin sisi psikologis mereka.

Etis Nggak Sih Pakai Psikologi buat Marketing Online?

Jawabannya: etis banget, asal dipakai dengan niat baik.

Soalnya hampir semua tulisan, mau buat edukasi, hiburan, atau promosi, pasti ada sentuhan psikologinya. Tujuannya simpel: biar nyambung sama pembaca. Entah itu buat bangun kepercayaan, kasih info yang berguna, atau bantu mereka ambil keputusan.

Caranya gimana?

  • Urutkan info dengan strategis
  • Ngomongin masalah yang relate
  • Sentuh emosi pembaca
  • Bikin mereka penasaran
  • Dan nyusun kata-kata yang bisa bikin orang merasa “ini gue banget”

Jadi, selama kita pakai psikologi untuk bantu, bukan ngerugiin… itu bukan manipulasi, tapi komunikasi yang cerdas.

Kenapa Perlu Paham Psikologi Audiens Saat Nulis?

Biar copy kamu ngomong langsung ke hati mereka. Nih, alasannya:

  1. Lebih Tepat Sasaran
    Kalau kamu tahu cara mikir audiens, kamu bisa pilih gaya tulisan dan ide yang pas banget buat mereka. Nggak ada lagi yang namanya “asal nulis”.
  2. Bangun Brand & Dorong Aksi
    Copy yang nyambung secara emosional bisa jaga citra brand kamu tetap solid, sekaligus bikin orang lebih gampang klik, beli, atau daftar.
  3. Relevan dan Solutif
    Kalau kamu paham apa yang bikin audiens resah, kamu bisa kasih jawaban lewat copy. Hasilnya? Mereka merasa dimengerti—dan konversi pun ikut naik.

Intinya, kalau kita perhatiin sisi psikologis audiens, brand kita bakal terasa lebih manusiawi. Nggak garing, nggak maksa, dan pastinya lebih nyambung.

Pengaruh Psikologi dalam Keputusan Beli?

Jadi gini, waktu kamu mutusin buat beli sesuatu, sebenarnya kamu digerakkan dua hal: logika dan perasaan.

  • Motif rasional itu pas kamu mikir pakai logika: “Barang ini berguna nggak, ya?”, “Worth it nggak sama harganya?”. Pokoknya semuanya dipikirin matang, demi manfaat maksimal.
  • Tapi… ada juga yang namanya motif psikologis, dan ini sering kejadian tanpa kamu sadar.
    Misalnya, beli karena senang, pengen kelihatan keren, atau cuma karena temen juga beli. Nggak pakai mikir panjang, yang penting feel-nya dapet.

Nah, dari sini kita tahu: emosi punya pengaruh besar banget. Makanya, copywriting yang bagus itu nggak cuma kasih info, tapi juga bisa ngajak audiens ngerasa sesuatu. Baru deh mereka gerak.

Prinsip Psikologis dalam Copywriting

Biar copy kamu nggak cuma cantik tapi juga ngena, ada beberapa prinsip psikologi yang perlu kamu pakai.

B-MAT Framework

Gampangnya, manusia bakal ngelakuin sesuatu kalau 3 hal ini ketemu:

  1. Motivasi — Ada alasan kuat. Misalnya: laper, pengen hemat, suka gadget, atau kepincut iklan.
  2. Ability — Bisa dilakuin dengan mudah. Contohnya: harganya terjangkau, cara pesannya simpel, gampang dicari.
  3. Trigger — Ada pemicu biar kamu gerak sekarang juga. Misalnya: diskon, bonus, testimoni kece.

Contoh biar makin paham:

iklan grab-food

Kamu lihat iklan GrabFood:

  • Motivasi: Lagi pengen makan ramean di rumah bareng keluarga.
  • Ability: Bisa pesan langsung lewat app, gak ribet.
  • Trigger: “Diskon sampai 50 ribu, cuma hari ini!”

Hasilnya? Klik, pesan, makan.

1. Reciprocity (Timbal Balik)

Kalau kamu ngasih sesuatu duluan—entah itu diskon, e-book, atau free trial—orang cenderung lebih “nggak enakan” dan akhirnya ngelakuin aksi yang kamu mau. Win-win, kan?

Pakai ini kalau kamu punya bonus atau keuntungan ekstra yang bikin audiens makin tertarik. Misal, beli 1 gratis 1, atau dapat e-book gratis setelah daftar.

Contoh Reciprocity yang gampang dan mantep:

  • Kasih voucher diskon 10% buat pembelian selanjutnya setelah mereka coba menu baru. Biar mereka balik lagi, kan?
  • Kasih bros cantik gratis tiap beli hijab. Bonus kecil yang bikin senyum, dong!
  • Beli paket kombo, dapat es teh manis gratis. Segarnya dapet, kenyangnya makin lengkap!
  • Kirim sampel gratis ke pelanggan setia, bilang aja, “Coba varian baru kita, deh!” Biar mereka penasaran dan jatuh cinta.

2. Social Proof (Bukti Sosial)

Semakin banyak orang ngomong “ini bagus”, semakin percaya juga calon pelanggan lainnya. Jadi, jangan ragu pamer testimoni, rating bintang lima, atau angka yang bikin orang mikir, “Wah, banyak juga yang pakai!”

Kalau produk kamu udah punya pelanggan yang puas atau testimoni kece, langsung pamerin! Biar yang baru makin percaya.

Contoh Social Proof yang bikin kamu makin percaya sama produk kita:

  • “Ratusan orang udah coba latte kita, dan mereka? Pada jatuh cinta semua!”
  • “Dipakai lebih dari 10.000 wanita Muslim di seluruh Indonesia. Kamu kapan?”
  • “Menu ini sudah diulas sama lebih dari 50 food blogger hits. Gak main-main, kan?”
  • “Lebih dari 1 juta bungkus laris manis dalam setahun. Jadi, kamu mau coba juga, kan?”

3. Scarcity (Kelangkaan)

Kalimat sakti kayak “Tersisa 3 produk lagi” atau “Promo hanya hari ini” tuh ngaruh banget. Otak kita auto aktif mode FOMO alias takut kehabisan. Jadi, kasih sentuhan limited edition biar mereka gercep!

Pas lagi ada promo terbatas waktu atau stok produk menipis, pakai ini. Biar orang nggak mikir lama, langsung sikat!

Contoh Scarcity yang bikin buru-buru:

  • “Diskon 20% buat menu spesial hari ini, cuma sampai jam 6 sore, lho!” Jangan sampai kelewatan.
  • “Hijab eksklusif, edisi terbatas cuma 100 pcs aja. Keburu habis, ya!”
  • “Paket Super Pedas cuma ada tiap hari Jumat. Jangan sampai kehabisan rasa!”
  • “Snack cokelat stroberi cuma keluar bulan ini. Buruan coba sebelum hilang!”

4. Authority (Otoritas)

Orang cenderung lebih percaya kalau info datang dari yang ahli. Jadi, kalau kamu bisa gandeng expert, influencer, atau tampilkan penghargaan, lakuin aja. Bikin brand kamu makin bisa dipercaya.

Kalau kamu kerja bareng influencer, expert, atau tokoh yang kredibel, gunakan unsur ini buat ningkatin kepercayaan.

Contoh Authority yang bikin percaya:

  • “Diseduh langsung sama barista bersertifikat internasional. Bukan sembarang kopi, bro!”
  • “Didesain oleh desainer fashion Muslim ternama, biar kamu tampil kece dan elegan.”
  • “Resep asli dari chef pemenang lomba kuliner lokal. Pedasnya nggak main-main!”
  • “Diproduksi pakai teknologi modern dan sudah BPOM-approved. Aman dan enak!”

5. Liking (Disukai)

Kita lebih dengerin orang yang kita suka, kan? Makanya, bikin brand kamu likeable. Punya suara yang empatik, relatable, dan nggak selalu jualan doang. Kadang ngobrol santai, kadang nyentuh hati—itu yang bikin audiens betah.

Kalau brand kamu bicara soal masalah yang relate sama banyak orang, atau punya “suara” yang easy to like, pakai ini buat bikin orang nempel.

Contoh Liking buat bikin orang makin sayang sama brand kamu:

  • “Cerita keren tentang petani kopi lokal yang bikin secangkir kopimu makin bermakna. Yuk, kita kasih spotlight mereka!”
  • “Ngomongin gimana hijab kita bisa bikin wanita lebih percaya diri dan berdaya. Karena kamu itu keren, kan?”
  • “Pamerin pelanggan yang lagi ngunyah ayam geprek pedes kamu di Instagram. Biar yang lain ngiler juga!”
  • “Tunjukin video seru proses pembuatan cemilan favorit kamu, biar makin dekat sama kita.”

6. Commitment (Komitmen)

Jangan PHP. Kalau kamu janji 3 hari sampai, ya pastikan beneran 3 hari. Konsistensi bikin orang percaya. Dan kepercayaan itu fondasi utama buat long-term relationship sama pelanggan.

Pakai ini kalau kamu yakin produk kamu oke banget tapi audiens masih ragu-ragu. Tunjukin kalau kamu konsisten dan bisa diandalkan.

Contoh Commitment biar pelanggan setia dan balik lagi:

  • “Kopi gratis buat kamu setelah beli 10 kali. Setia itu dapat hadiah!”
  • “Ceritain pengalaman kamu pakai hijab kita, kumpulin poin, tuker reward keren.”
  • “Gabung komunitas pecinta pedas kita, dapetin promo eksklusif cuma buat kamu.”
  • “Isi survei rasa favorit kamu, dapat diskon 10% buat belanja berikutnya. Gampang kan?”

7. Unity (Kesatuan)

Intinya, orang lebih gampang tergerak kalau merasa “kita” bukan “mereka.” Jadi, kalau kamu bisa bikin audiens ngerasa bagian dari satu komunitas atau kelompok yang sama, mereka bakal lebih percaya dan terikat sama brand kamu. Simple, kan? Kita tuh suka yang berasa dekat!

Contoh unity:

  • “Setiap kamu beli kopi di sini, kamu ikut bantu petani kopi lokal. Kita dukung bareng, ya!”
  • “Hijab ini aku desain buat kamu—cewek aktif yang tetap mau tampil kece dan nyaman.”
  • “Kita semua punya satu kesamaan: cinta pedas! Yuk gabung komunitas pecinta pedas!”
  • “Snack ini emang paling pas buat kamu yang suka ngemil sambil santai bareng temen.”

Taktik Psikologi dalam Copywriting

Taktik Copywriting yang (Dulu) Sering Dipakai Tapi Sekarang… Meh.

Oke, sekarang kita bahas beberapa taktik copywriting jadul yang dulu sering banget dipakai, tapi sekarang mulai ditinggalin karena bisa bikin audiens ilfeel. Yuk, kita bongkar satu-satu:

1. Fear Mongering

Ini teknik “nakut-nakutin” audiens biar langsung ambil tindakan. Biasanya pakai kalimat yang bikin panik, kayak “Kalau kamu nggak beli ini sekarang juga, hidup kamu bakal hancur!”

Dipakai di politik, iklan, bahkan kampanye lingkungan. Versi ‘halus’-nya ya si FOMO itu tadi, “Tinggal 1 lagi! Jangan nyesel!”

Masalahnya? Sekarang orang makin cerdas. Kalau kamu terlalu dramatis, yang ada mereka malah kabur, bukan beli.

2. Bait and Switch

Pernah klik iklan “Diskon 90%!” lalu sampai halaman checkout, diskonnya tinggal 5% dan ada 30 syarat kecil-kecil yang nggak kelihatan?

Yup, itu bait and switch. Mancing audiens pakai janji manis, tapi info aslinya nggak sesuai. Alias: clickbait versi OG.

Bisa bikin orang datang, tapi… cuma sekali. Trust? Bye-bye.

3. Illusion of Truth

Semakin sering sesuatu diulang, semakin terasa “benar”, walaupun belum tentu faktual. Ini yang bikin slogan-slogan politik atau mitos kesehatan terus muncul lagi dan lagi.

Kalau kamu pakai ini di copy, hati-hati. Sekali orang sadar kamu cuma ngulang tanpa bukti, kredibilitas brand kamu bisa anjlok.

Taktik Copywriting yang Masih Relevan & Ampuh Sampai Sekarang

Beberapa trik klasik ini nggak pernah basi—dan kalau kamu mainin dengan benar, hasilnya bisa bikin audiens jatuh hati (dan ambil tindakan).

4. Judul yang Bikin Klik

Judul itu kayak pintu depan. Kalau nggak menarik, ya orang males masuk.

Tapi tenang, catchy nggak harus lebay. Cukup:

  • Pakai angka → “5 Cara Simpel Bikin Copy Ngena”
  • Tembak emosi → “Capek Jualan Tapi Nggak Laku? Ini Solusinya.”
  • Jelas tujuannya → “Kenapa Copywriting Bisa Naikin Omzet Kamu.”
  • Tambahin elemen apa, kenapa, gimana, kapan biar makin informatif.

5. Pakai Kalimat Aktif

Kalau kamu pengen pembaca bergerak, suruh mereka langsung.
Bukan: “Produk ini bisa digunakan untuk…”
Tapi: “Gunakan produk ini dan lihat hasilnya dalam 3 hari.”

Fokusnya ke tindakan. Simple, tapi impactful.

6. Serial Positioning

Otak kita suka nginget bagian awal dan akhir. Tengahnya? Sering kebuang. Makanya, taruh info penting, CTA, atau value utama di awal atau akhir tulisanmu.

Mau bukti? Coba kamu inget kata pertama dan terakhir dari daftar ini:
Kucing, Laptop, Payung, Sabun, Rocket, Donat, Kunci.
Yang kamu inget paling depan dan paling belakang, kan?

7. Storytelling yang Nempel di Hati

Manusia itu makhluk cerita. Kita nyambung kalau ada alur: pembukaan, konflik, solusi.

Copy yang pakai cerita bikin audiens merasa terhubung—kayak ngobrol, bukan jualan. Dan itu yang bikin brand kamu terasa lebih manusiawi.

Sekarang: Psikologi Copywriting yang Masih Ngena Banget

Kamu nggak harus jadi psikolog buat bikin copy yang bekerja. Tapi, ngerti trik-trik ini bisa bikin tulisanmu makin nendang. Yuk, kita bahas satu-satu!

8. Cognitive Fluency = Mudah Dicerna, Mudah Dipercaya

Otak kita suka hal yang gampang dimengerti. Kalau tulisanmu bikin orang mikir keras, kemungkinan besar mereka skip.

Jadi, pastikan semua konten kamu, dari nama brand sampai deskripsi produk, mudah dibaca dan nggak ribet. Semakin simpel, semakin dipercaya. Dan ya, ini bisa jadi pembeda antara sekadar dilirik atau langsung checkout.

9. Social Proof = Bukti Nyata Bikin Orang Yakin

Testimoni itu powerful. Orang lebih percaya review dari sesama konsumen daripada kata-kata manis dari brand.

Mau jualan makin lancar? Tampilkan ulasan, rating, rekomendasi, atau bahkan video dari user/influencer. Ingat, 91% orang baca review dulu sebelum beli. Jangan sampai kamu nggak punya bukti sosial yang bisa bantu closing.

10. Personalization

Nulis pakai nama aja nggak cukup. Kamu harus bener-bener ngerti siapa audiensmu, apa yang mereka butuh, dan gimana cara mereka suka dikasih info.

Contoh simpel, Email pengingat keranjang yang belum dibayar, rekomendasi produk dari pembelian sebelumnya, atau program custom buat kebutuhan mereka.

Semakin nyambung, semakin mereka merasa “wah, ini gue banget!”

11. Novelty Effect = Otak Suka yang Baru-Baru

Kita cepat bosen. Konten lama, gaya lama, pesan yang itu-itu aja? Bye.
Makanya, kamu perlu rajin update konten, bukan cuma yang baru, tapi juga yang lama biar tetap relevan.

Google juga makin “picky” soal ini. Konten harus helpful dan up-to-date, atau ranking-nya bisa jeblok.

Jadi, kalau kamu peduli soal visibilitas brand dan SEO, pastikan kamu terus menyajikan sesuatu yang fresh dan bermanfaat.

Penutup

Copy zaman sekarang bukan soal nakut-nakutin, nipu halus, atau ngulang-ngulang info kosong. Orang pengen jujur, to the point, dan bisa dipercaya. Dan itu yang harus kita kasih,kalau kamu mau mereka balik lagi.

Kita nggak butuh trik licik buat jualan. Cukup kasih judul yang bikin penasaran, arahkan pakai kalimat aktif, susun info dengan cerdas, dan rangkai cerita yang nyambung. Biar copy kamu bukan cuma dibaca, tapi juga diingat dan direspons.

Copy yang berhasil itu bukan yang paling puitis, tapi yang nyambung, jelas, relatable, dan terus update. Kalau kamu bisa bikin audiens merasa dimengerti, dipercaya, dan dimanjakan, selamat, kamu udah selangkah lebih dekat sama konversi yang manis.

Tinggalkan komentar

Butuh Website?

Yuk ngobrol dulu. Nggak harus langsung mulai, kita bisa diskusi ringan dulu buat tahu apa yang paling pas untuk bisnis kamu.

gambar call to action