Strategi Membangun Email List yang Sering Dipakai

Bangun list itu bukan yang asal banyak, tapi juga berisi orang-orang yang benar-benar tertarik sama brand kamu.

Dapatkan notifikasi ke email kamu setiap kali ada tulisan baru. GRATIS.

Subscription Form

Percaya atau nggak, semua orang pernah pusing mikirin gimana caranya bangun email list yang berkualitas.

Tapi tenang, aku udah kumpulin tips-tips terbaik buat bantu kamu mulai dari nol, khususnya buat kamu yang baru mau nyemplung ke dunia email marketing dan pengen punya list yang nggak cuma rame, tapi juga tepat sasaran.

Bangun list yang bukan cuma banyak, tapi juga berisi orang-orang yang benar-benar tertarik sama brand kamu.

Pentingnya Email List Building

Email tuh masih jadi andalan banget, lho. Walaupun sekarang semua orang sibuk scroll medsos, ternyata email masih punya tempat spesial di hati… dan inbox!

Menurut Statista, pengguna email bakal tembus 4,6 miliar di 2025, bahkan ngalahin jumlah pengguna media sosial. Jadi kalau kamu belum mulai bangun email list, sekarang saatnya.

Kenapa sih kita harus punya email list?

  • Bisa jadi alat ukur strategi. Dari email kamu bisa lihat apa yang work dan apa yang perlu dirombak.
  • Kita bisa lebih kenal siapa audiens kita, dan mulai segmentasi biar kirim emailnya makin tepat sasaran.
  • Email itu personal. Nggak kayak post di medsos yang bisa kelewat, email langsung masuk ke inbox, lebih akrab, lebih terasa.
  • Bisa terus jaga komunikasi. Jadi brand kamu nggak cuma muncul pas promo doang, tapi rutin hadir di pikiran mereka.
  • Nggak tergantung sama algoritma medsos. Tiba-tiba reach turun? Akun ke-banned? Tenang, kamu masih punya email list.

Seperti Apa Email List Building yang Bagus?

Punya email list itu penting banget, tapi bukan asal punya, ya. Kamu nggak bisa sembarangan ambil email orang terus langsung bombardir mereka pakai promo atau newsletter.

Kalau niatnya bikin orang senang, bukan kesal, yuk kenali dulu ciri-ciri email list yang benar-benar berkualitas.

Jadi, email list yang bagus itu kayak gimana?

1. Harus ada consent (izin)

Ini syarat utama dan gak bisa ditawar. Orang-orang di list kamu harus sadar dan rela masuk ke dalamnya. Artinya, mereka sendiri yang klik “Saya mau subscribe”, bukan kamu yang asal comot dari database online atau kontak di HP kamu.

Kalau kamu:

  • Beli email list,
  • Ambil dari sosial media,
  • Atau pakai semua email yang kamu punya tanpa izin,

…siap-siap aja email kamu masuk spam. Konversi jeblok. Nama brand bisa rusak. Bahkan bisa kena tuntutan karena melanggar aturan kayak CAN-SPAM Act. Serem, kan?

2. Dilarang beli email List

Email dari list beli itu ibarat kamu ngirim undangan ke orang yang bahkan nggak tahu kamu siapa. Reaksinya bakal,

“Siapa nih? Kok tiba-tiba promosi? SPAM!”

Begitu mereka tandai kamu sebagai spam, reputasi pengirimanmu bisa turun drastis. Dan makin sering kena spam, makin besar kemungkinan semua email kamu nyasar ke folder spam, bahkan ke pelanggan yang sebenarnya tertarik.

Fondasi kuat buat email marketing yang sukses adalah harus punya email list yang kamu kumpulin sendiri dan di dalamnya benar-benar orang yang ingin denger kabar dari kamu.

Tapi tunggu dulu… walau kamu udah ngumpulin dengan cara yang benar, belum tentu list-nya udah “bagus.” Masih ada beberapa hal lagi yang harus dicek. Kita bahas di bagian selanjutnya ya!

3. Buat Automation, Segmentation, & Personalization.

Kalau kamu masih kirim email ke semua kontak di list kamu secara manual, terus berharap hasilnya maksimal… ya, siap-siap kecewa. Email marketing zaman sekarang butuh cara kerja yang lebih cerdas, bukan cuma asal kirim.

Automation

Biar kamu nggak harus kirim email satu per satu kayak jaman batu. Dengan automation, kamu bisa:

  • Kirim email otomatis saat ada subscriber baru,
  • Ucapin selamat ulang tahun tanpa harus ingat tanggalnya,
  • Atau follow up pembelian secara otomatis.

Hemat waktu, tetap relevan. Menang banyak.

Segmentation:

Bayangin kamu punya toko lingerie online. Trus kamu kirim email promo bra ke semua orang, termasuk pelanggan cowok.
Yang terjadi?

  • Mereka bingung.
  • Merasa nggak nyambung.
  • Bisa-bisa langsung tandai kamu spam.

Nah, makanya segmentasi itu penting, kalau bisa bahkan sampai level super spesifik. Misalnya:

  • Segmentasi berdasarkan gender,
  • Lokasi,
  • Aktivitas terakhir,
  • Produk terakhir yang dibeli,
  • Minat,

Personalization:

Bukan cuma “Hai, [Nama Depan]” ya. Tapi lebih ke arah:
“Ini produk yang kamu suka, di diskon hari ini khusus buat kamu.”

Ngomong langsung ke minat dan kebutuhan mereka. Jadi, pelanggan ngerasa, “Wah, ini email kayaknya emang buat aku banget!”

Automation bikin kamu kerja lebih efisien, segmentasi bikin pesan kamu lebih tepat sasaran, dan personalisasi bikin pelanggan ngerasa dihargai.

4. Tombol unsubscribe harus dibikin jelas

Yup, kita ngerti banget, pengen rasanya nyelipin tombol Unsubscribe sekecil mungkin, pakai font 6pt, warna abu-abu, dan ditaruh di pojok paling bawah email. Tapi, percaya deh, itu bukan cara main yang cerdas.

Justru, makin gampang orang nemuin tombol keluar, makin sehat email list kamu. Karena jujur itu langka dan berharga.

Sekarang, di tengah persaingan brand yang makin gila-gilaan, kita bisa tampil beda dengan jadi brand yang “nggak maksa.” Yang santai, tapi tahu batas. Yang bilang:

“Kalau kamu mau pergi, aku bukain pintunya. Tapi kalau kamu stay, aku pastiin kamu happy.”

Orang yang udah nggak minat? Biarlah pergi.
Orang yang masih betah? Mereka akan lebih respect karena kamu fair dan nggak bikin mereka frustrasi cuma gara-gara nyari tombol keluar.

Jadi, bikin tombol Unsubscribe kamu jelas, mudah diakses, dan nggak drama. Karena makin sehat list kamu, makin bagus juga performa email marketing kita.

Strategi Dapetin Email List

Hal pertama yang biasanya kamu lakuin pas baru mulai bisnis? Googling: “Gimana sih cara cepet bangun email list?” Tenang, kamu nggak sendirian, dan info di luar sana tuh banyaknya kayak semut nyari gula. Bisa-bisa malah bikin makin bingung.

Makanya, aku bantuin kamu simpulin versi simple-nya. Nggak ribet, nggak muter-muter.

Tipsnya kayak puzzle, boleh dipakai satu-satu, tapi kalau kamu gabungin semuanya, hasilnya bisa lebih maksimal. Lebih banyak leads, lebih banyak konversi, dan (tentunya) lebih banyak cuan

1. Bikin Form Opt-In untuk Subcribe

Kalau kamu pengen bangun email list dengan cepat, langkah awal yang paling simpel (dan terbukti ampuh) adalah pasang form langganan di website kamu.

Yup, form opt-in ini bisa muncul sebagai pop-up, floating bar, welcome mat, sampai spin-to-win yang bikin pengunjung tertarik buat ngasih email. Dan kabar baiknya, hampir semua email marketing tools udah nyediain fitur bikin form yang gampang diatur sesuai selera.

Tapi biar nggak cuma numpang lewat doang, ada beberapa hal penting yang perlu kamu perhatiin:

  • Harus nyatu sama branding — desainnya harus selaras sama tampilan website kamu. Biar nggak kelihatan asing.
  • Sederhana aja — makin banyak kolom yang harus diisi, makin males orang ngisi. 1–2 kolom udah cukup.
  • Pakai gambar — ini bukan opsional. Pop-up yang pakai gambar bisa konversi 83% lebih tinggi! Jangan sia-siain peluang.
  • Kasih alasan buat subscribe — bisa berupa diskon, eBook gratis, akses eksklusif, atau cukup jelaskan benefit jadi subscriber kamu.

Jadi, jangan cuma asal pasang form. Bikin yang bikin orang mikir, “Oke, gue masukin email deh!”

2. Siapin Lead Magnet

Lead magnet itu kayak umpan manis buat bikin orang mau kasih email ke kamu. Bisa apa aja: diskon, giveaway, free trial, konsultasi gratis—yang penting bikin mereka “Yes, aku mau!”

Menurut riset GetResponse 2020, lead magnet pakai video paling jitu, bisa dapetin konversi sampai 24.2%. Tulisan juga oke, tapi video masih juara.

Tapi nih, sebelum bikin lead magnet, kamu harus tau dulu:
“Ini buat apa sih? Dan gimana ini bakal bikin hidup pelanggan kamu lebih gampang?”

Kalau gak jelas, siap-siap deh gagal.

Contohnya, quiz sebagai lead magnet itu jitu banget. Orang-orang suka dapet rekomendasi yang personal, apalagi cuma dengan tukar email doang.

Kunci suksesnya? Yakinin mereka kalau kamu paham masalah mereka dan kamu punya solusi cepat yang gak bikin ribet.

Oh iya, jangan lupa, pilih jenis lead magnet yang sesuai sama tujuan kamu. Bisa berupa guide, laporan, trial gratis, diskon, atau kuesioner.

Kenali target kamu. Usia, gender, kerjaan, hobi, motivasi, semua itu penting!

Tawarkan sesuatu yang bernilai buat mereka. Bayangin kalau kamu yang jadi mereka, apa yang bikin kamu rela klik “daftar”?

Intip juga kompetitor kamu, tapi jangan cuma nyontek. Ambil yang oke buat jadi inspirasi.

3. Buat Exit-Intent Pop-up

Tau nggak sih, pop-up itu performanya 3x lebih bagus dibanding form biasa yang nempel di halaman?

Nah, salah satu jenis yang paling ampuh adalah exit-intent pop-up. Pop-up yang muncul pas pengunjung gerak-gerakin mouse-nya ke tombol close. Alias… pas mereka niat mau cabut!

Tujuannya bikin mereka mikir dua kali sebelum benar-benar pergi.

subscribe-oppotunity

Contohnya, brand Fastrack berhasil “menyelamatkan” 53% pengunjung yang tadinya mau keluar, cuma gara-gara exit pop-up yang tepat sasaran.

Tipsnya:

  • Tawarkan sesuatu yang bikin mereka berubah pikiran — diskon spesial, konten gratis, atau penawaran terbatas.
  • Jangan bikin ribet, skip CAPTCHA kalau bisa (apalagi yang nyuruh nebak zebra cross, bikin stres). Kalau harus banget, pilih yang simpel kayak “I’m not a robot”.

Exit-intent ini ibarat bilang ke pengunjung, “Eh, yakin mau ninggalin ini semua? Nih, ada yang spesial buat kamu sebelum pergi.”

4. Bikin Squeeze Page

Squeeze page itu simpel, halaman atau pop-up yang tugasnya cuma satu, ngedapetin email dari pengunjung. Jadi, intinya kita “memeras” email mereka, tapi yang sopan ya!

Tujuannya bikin pengunjung kepincut, tertarik, dan akhirnya kasih email mereka tanpa mikir dua kali. Kalau kamu bikin squeeze page yang pas, siap-siap deh leads kamu naik drastis.

squeeze-page

Contohnya IncomeDiary punya squeeze page yang juara banget:

  • Judulnya bikin mikir, bikin penasaran.
  • Tombol CTA-nya warnanya nyambung sama brand tapi tetep nge-jreng di layar.
  • Ada disclaimer kecil di bawah tombol yang bikin pengunjung yakin data mereka aman.
  • Tulisan di atas kolom emailnya juga halus banget, sampai susah nolak buat isi.

Kalau mau bikin yang kayak gitu, pakai trik yang agresif tapi santai. Maksudnya kita tegas, kasih alasan kuat buat mereka gak kabur.

Contohnya: tawarin diskon, bonus, atau penawaran terbatas yang bikin mereka langsung klik.

5. Coba Bikin Gamification

Manusia emang suka main game, karena otak kita suka tantangan dan hadiah. Makanya, para marketer jago banget pakai gamification buat bikin kamu betah dan mau kasih email.

Gamification itu cara nyelipin elemen game ke hal yang gak berhubungan sama game.

gamification

Contohnya: spin-to-win, quest, puzzle, atau badge keren yang bikin kamu semangat ikutan.

Contoh keren? WPforms punya pop-up spin-to-win yang bikin kamu pengen banget isi email. Apalagi kalau hadiahnya lisensi gratis, siapa yang nolak?

Kenapa gamification keren buat email list kamu?

  • Pengunjung jadi betah main dan lebih lama di website kamu.
  • Mereka seneng sama pengalaman pakai produk kamu.
  • Gak perlu algoritma ribet buat bikin ini.
  • Orang lebih rela kasih data kalau ada hadiah, bonus, atau badge kece.

Pokoknya, gamification itu cara fun dan efektif supaya pengunjung gak cuma mampir, tapi juga kasih email dan balik lagi.

Penutup

Sekarang kamu udah punya senjata lengkap buat ngumpulin subscriber sebanyak-banyaknya, yuk kita cek bareng apa aja sih cara baik dan gagal total dalam bikin email list.

Soalnya, dapetin leads itu satu hal, tapi bikin mereka betah dan gak kabur? Itu baru tantangan sesungguhnya!

Tinggalkan komentar

Butuh Website?

Yuk ngobrol dulu. Nggak harus langsung mulai, kita bisa diskusi ringan dulu buat tahu apa yang paling pas untuk bisnis kamu.

gambar call to action