Kamu pasti udah pernah denger: subjek email itu penting banget. Ya, emang bener. Itu hal pertama yang dilihat orang sebelum mutusin mau buka email kamu atau langsung pencet “hapus”.
Tapi… emangnya ada rumus pasti biar subject line kamu selalu works?
Haruskah pakai nama si penerima? Gimana biar gak nyangkut di folder spam? Dan… open rate itu masih penting gak sih sekarang?
Tenang, aku dan kamu akan bahas semuanya di panduan ini. Kita bakal kupas tuntas cara bikin subject line yang gak cuma dibaca, tapi juga bikin orang kepo dan klik.
Kenapa Subjek Email Itu Penting Banget?
Sejak iOS 15 update, open rate udah gak se-wow dulu. Gara-gara fitur privasi baru, angka yang kamu lihat di dashboard email marketing itu bisa jadi gak 100% akurat. Bahkan A/B testing buat open rate juga jadi agak ngaco.
Tapi… bukan berarti subject line jadi gak penting. Justru sebaliknya. Nih alasannya:
- Orang makin jarang buka email.
Menurut laporan dari Emfluence, rata-rata open rate terus turun sejak 2019. Tahun 2024? Rekor terendah. Jadi, makin penting buat bikin email yang “menggoda” buat dibuka, dan itu dimulai dari subject line. - Subject line ngaruh ke banyak hal.
Riset dari GetResponse bilang: subject line itu gak cuma ngaruh ke open rate, tapi juga ke clicks dan bahkan conversions. Contohnya? Email dengan kata “affordable” punya CTR tertinggi (11%) dan yang ada kata “invitation” dibuka 57% lebih sering. Gokil kan? - Subscriber beneran ngecek.
Subject line itu salah satu hal pertama yang dilihat subscriber, bareng sama preheader dan nama pengirim. Dari situ mereka mutusin: buka, cuekin, atau langsung spam-in. Jadi makin catchy subject-nya, makin besar peluang buat diklik, dan akhirnya beli.
Singkatnya, open rate emang gak bisa 100% dipercaya lagi. Tapi subject line tetap punya peran besar, bukan cuma buat dibuka, tapi juga buat diklik dan dikonversi.
So ya, subject line itu masih senjata utama kita.
Rahasia Di Balik Subjek Email yang Efektif
Oke, aku kasih tahu dulu di awal: gak ada rumus ajaib buat subject line yang pasti bikin semua orang buka email kamu.
Penelitian satu bisa beda hasilnya sama yang lain, audiens kamu belum tentu sama kayak yang di studi, dan… ya, kata-kata sakti yang langsung ngasih kamu open rate dan CTR selangit itu, sayangnya, gak ada.
Tapi, tenang. Aku udah ngumpulin beberapa data dan insight menarik yang bisa bantu kamu mikir lebih strategis waktu nulis subject line.
Gak janji instan viral, tapi dijamin bikin kamu lebih paham cara mainnya.
Gak perlu maksa personalization di Subjek Email
Dulu katanya nulis nama depan subscriber di subject line itu trik jitu biar email kamu keliatan “personal”. Tapi faktanya? Sekarang trik itu udah gak terlalu ngaruh, malah bisa bikin performa turun.
Menurut laporan GetResponse dua tahun berturut-turut, subject line yang dipersonalisasi (misalnya pakai nama) justru performanya lebih jelek:
- Open rate lebih rendah: 35.78% vs 41.87%
- CTR turun drastis: 2.11% vs 4.23%
- CTOR juga anjlok: 5.9% vs 10.09%
- Unsubscribe malah naik tipis: 0.15% vs 0.14%
Riset dari Attentive juga bilang hal yang sama. Tapi ada pengecualian: buat triggered emails (kayak email konfirmasi atau notifikasi pembelian), personalisasi masih oke karena konteksnya nyambung.
Kesimpulannya, daripada maksa masukin nama di subject line, mending kamu fokus personalisasi isi emailnya, pakai konten dinamis yang relevan. Ngomongin nama doang gak cukup bikin subscriber kamu ngerasa dihargai.
Gak perlu pakai kata-kata “Spammy” di Subject Line
Filter spam zaman sekarang udah canggih banget, bukan cuma nyari kata-kata mencurigakan, tapi juga didukung AI yang terus belajar dari email-email penipuan dan scam.
Jadi walaupun kamu gak pakai kata “FREE MONEY”, tetap bisa ke-detect kalau email kamu mencurigakan.
Tapi kenapa kita tetap harus hati-hati sama kata-kata spam di subject line?
- Bisa ngerusak reputasi kamu.
Kalau subject kamu terlalu lebay, penuh clickbait, caps lock semua, atau tiap minggu teriak “LAST CHANCE!”, subscriber kamu bakal capek sendiri.
Dan faktanya, 80% orang tandain email sebagai spam bukan karena sistem, tapi karena “kelihatan kayak spam” (sumber: ZeroBounce). - Bisa bikin email kamu nyasar ke folder spam.
Kalau desain email kamu udah “berisiko” (misal full gambar, tanpa teks), terus subject-nya juga kayak “HURRY! LIMITED TIME OFFER!!!”, selamat, kamu hampir pasti mendarat di spam.
Padahal kalau subject-nya biasa aja, peluang nyangkut di inbox masih lebih besar.
Singkatnya, jangan sok heboh di subject line. Gak usah caps lock maraton. Gak usah ancam-ancam “terakhir hari ini padahal minggu depan kirim lagi”. Subscriber kamu bisa bedain mana email yang tulus, mana yang cari klik doang.
Emoji di Subjek Email?
Emoji itu emang lucu, dan katanya bisa bikin subject line kamu lebih mencolok di inbox. Tapi… data bilang sebaliknya. Menurut laporan GetResponse, subject line yang pakai emoji justru turunin performa:
- Open rate: 37.5% vs 42.23% (tanpa emoji)
- CTR: 3.32% vs 4.16%
- CTOR: 8.85% vs 9.85%
- Unsubscribe malah naik: 0.16% vs 0.14%
Tapi setelah dicek lebih dalam, ternyata penyebab utama performa jelek itu bukan si emoji-nya, tapi karena daftar kontaknya gak berkualitas. Dan, kebanyakan juga keblabasan pake emoji, ada yang nyelipin 2+ emoji di satu subject line.
Jadi, boleh gak sih pakai emoji?
Boleh banget, asal pinter-pinter pakenya:
- Cukup 1 emoji aja. Jangan norak.
- Jangan ganti kata pake emoji — gak semua orang bisa “baca” artinya, apalagi yang pakai device lama.
- Coba taruh di akhir subject line — riset bilang ini bisa bantu open rate naik.
- Pikirin konteks budaya & generasi. Buat Gen Z, 💀 artinya ngakak, bukan serem. Dan bisa beneran berarti buah persik, bukan yang lain.
Kesimpulan, emoji bisa bantu, tapi kalau kamu pakainya kalap atau asal-asalan, ya hasilnya juga bakal zonk. Pakai dengan bijak.
Preheader
Kalau kamu mau ningkatin open rate, jangan cuma ngandelin subject line doang. Menurut Validity, penggabungan subject, nama pengirim, preheader, dan bahkan avatar email itu yang bikin orang mau buka email kamu.
Contoh:
Subject-nya: “Wangi yang bikin rumah terasa pulang.”
Menarik? Iya. Tapi masih ngambang.
Begitu lihat preheader-nya: “Coba koleksi lilin aroma kopi, pandan, dan kayu manis dari UMKM lokal.”
Langsung nyambung! Oh, maksudnya kita diajak “mencerahkan hari” pakai lilin wangi dari brand niche parfum itu. Keren.
Kenapa preheader itu penting? Nih alasannya:
- Bisa jadi perpanjangan subject line.
Apalagi di mobile yang layarnya sempit, preheader bantu nambah konteks dan bikin isi email makin menggoda buat dibuka. - Kelihatan lebih rapi dan profesional.
Kalau gak ngisi preheader, biasanya yang muncul adalah kalimat pertama di email, dan sering kali itu cuma: “View this email in your browser.” Hmm… gak banget, kan? - Bisa jadi trik buat mencolok.
Pernah coba empty preheader? Jadi kamu isi preheader-nya pakai spasi kosong, biar gak muncul teks preview sama sekali. Unik, dan kadang justru bikin orang penasaran.
Preheader itu kayak penerjemah si subjek email, kecil, tapi punya pengaruh besar. Jangan di-skip!
Kata Kunci dan Angka di Subjek Email
MailerLite pernah bikin studi tentang kata-kata yang paling jago bikin email dibuka. Beberapa kata top-nya antara lain:
- bargain,
- welcome,
- party,
- final,
- event,
- daily,
- important,
- ebooks,
- bonus,
- surprise,
- announcement,
- challenge,
- updates
Pokoknya kata-kata yang biasanya muncul di email sambutan, pengumuman, reminder event, dan lain-lain.
Tapi jangan pikir kamu harus pake semua kata itu mentah-mentah. Kamu bisa pakai sinonim yang klik banget. Misalnya, daripada tulis “Last chance,” coba deh “Final hours”, kedengeran lebih keren dan gak bikin orang langsung kapok.
Sebaliknya, ada juga kata-kata yang performanya buruk, kayak:
- missed,
- email,
- easy,
- grab,
- rate,
- products,
- post,
- activities,
- loan,
- unlimited,
- flash,
- game,
- case.
Beberapa emang terkesan spammy atau berkaitan sama hal-hal yang bikin orang males, kayak pinjaman atau judi. Jadi, misalnya kamu mau kirim email minta review, mending jangan pakai kata “rate” di subject-nya.
Ngomongin angka:
Pakai angka di subject line itu jagoan buat bikin jelas apa yang kamu tawarin. Misalnya, “5 Tips Jitu Biar Makin Produktif”, langsung kebayang isinya. Ini bikin kamu keliatan profesional dan jujur, plus bikin orang lebih tertarik buka karena mereka udah tau apa yang diharapkan.
Jadi, angka dan kata yang tepat itu kayak duet maut buat ningkatin open rate dan klik!
😔 No Numbers | 🤓 Numbers |
---|---|
🔥 Alat grilling hits minggu ini dari The Grommet — wajib coba! | 5 paket summer nails kece buat kamu (The GelBottle) |
LAST CALL buat menu spesial Father’s Day dari Gobble, jangan sampai kelewatan! | 9,100+ barang keren bakal berakhir besok (LiveAuctioneers) |
Penawaran privat cuma buat kamu: pilih favoritmu, diskon terbatas! (Saks Fifth Avenue) | Cepetan, cuma 48 jam lagi buat promo seru di Chessington! |
Subject Email yang Bikin Orang Buka
Mau tahu cara bikin subject email yang bikin orang nggak tahan buat buka? Emang sih, nggak ada rumus sakti buat 100% open rate, tapi aku punya trik simpel yang bisa bantu kamu naikkin peluangnya.
1. Langsung aja
Subject email kamu harus jujur sama isinya. Jangan panjang-panjang, tapi juga jangan bikin orang bingung gara-gara terlalu misterius.
Mau bikin penasaran? Boleh! Tapi kasih sedikit petunjuk dong, ini bukan makhluk Lovecraftian yang nggak bisa dideskripsikan, kan? Jadi, buat yang jelas dan menggoda biar kamu bisa dapet open!
❌ Vague | 🤔 Intriguing | ✅ Clear |
---|---|---|
Pesanan berikutnya makin oke (Red Apple Lipstick) | True or false? Testosterone itu “hormon pria”? (Ancient Nutrition) | Back In Stock: Dapatkan Dough Container & Cookbook sekarang juga (Baking Steel) |
Editan mingguan kamu (AllSaints) | Kenalin penyelamat ruang kecilku (Domino) | Buruan dapetin Twist 60 sebelum kehabisan lagi. Last Chance! (Lensbaby) |
Kamu dapat pesan baru (No7 Beauty) | Ini cara paling pintar buat hemat lagi (EffyDesk) | Cara hindari biaya tersembunyi saat beli tiket pesawat (Dollar Flight Club) |
2. Singkat aja
Subject email yang kepanjangan suka kepotong di HP, jadi mending jangan panjang-panjang, ya. Tapi seberapa panjang yang pas?
Menurut laporan terbaru dari GetResponse, subject dengan 61-70 karakter punya open rate terbaik, sekitar 43,4%. Nggak jauh beda sama yang 21-30 karakter, yang punya open rate 43%. Intinya, 30 sampai 70 karakter itu sweet spot yang enak dilihat di HP maupun desktop.
Tapi, nih, yang agak bikin kaget, subject panjang (221-230 karakter) justru dapat klik lebih banyak!
Jadi gimana?
Tetap jaga supaya singkat buat kenyamanan di HP, tapi kalau perlu jelasin lebih detail, nggak masalah juga asal pas momen dan konteksnya.
Bikin pertanyaan
Nih, coba bayangin kamu mau promoin panduan buat SMM. Jangan pakai subject kayak “STOP salah terus di Reels” atau “Kamu gak bakal viral di Reels, ini alasannya.”
Soalnya, itu bikin orang ngerasa salah duluan, kayak kamu nyalahin mereka gitu.
Mending tanya aja yang lebih ramah, misal “Perlu bantuan naikin views Reels?” atau “Masih susah viral di Reels, ya?”
Lebih enak kan? Nggak nyerang, malah ngajak ngobrol dan bikin mereka pengen buka email kamu. Simple tapi ampuh!
Kasih CTA
Bayangin nih, temen sekamar kamu ngomel terus kayak,
“Gak bisa sikat gigi nih, piring kotor numpuk di wastafel,” atau “Karpetnya berdebu banget,”
Tapi gak pernah langsung minta tolong. Bete, kan? Itu namanya ngeles dan bikin kesel.
Nah, subject email juga sama, jangan muter-muter! Kasih perintah yang jelas biar kamu dan subscriber sama-sama ngerti.
Kalau kamu bilang langsung di subject-nya, mereka bakal tahu harus ngapain dan apa untungnya buat mereka. Simple dan jelas!
😃 Ada Ajakannya (Call-to-action) | 😩 Gak Ada Ajakannya |
---|---|
Lindungi Matahari. Main Maksimal. (2 Putt) | Perlindungan Matahari untuk Main Terbaik |
Gabung sekarang, hemat Rp100 ribu (The Sculpt Society) | Rp100 ribu buat yang gabung hari ini |
Siap-siap Musim Pernikahan (Haverhill) | Musim Pernikahan Segera Tiba |
Rambut rontok? Coba formula nomor 1 ini (JSHealth Vitamins) | Formula nomor 1 untuk rambut rontok |
Personalisasi
Kamu mungkin mikir, “Eh, kan kamu bilang personalisasi itu overrated?” Iya, bener. Tapi yang aku maksud itu personalisasi asal-asalan—asal nyelipin nama depan doang.
Jadi, gimana caranya personalisasi yang bener?
Pertama, jangan pakai nama kalau isinya emailnya nggak personal juga. Bayangin kamu dapat email dengan subject “Jenny, ini buat kamu!” terus isinya cuma newsletter umum. Kesel, kan? Tapi kalau itu email rekomendasi produk yang memang cocok buat kamu, baru deh oke.
Kedua, manfaatin data lain selain nama, misal lokasi, aktivitas di aplikasi, pembelian terakhir, dan sebagainya.
Contohnya: “Happy 1st Duoversary, Smiles Davis!”—nama ada, tapi juga ngikutin aktivitas kamu di aplikasi. Pas banget sama isinya yang ngasih data personal kamu.

Pakai AI buat bikin subject line?
Boleh banget, tapi jangan langsung percaya 100% sama hasilnya.
Soalnya, belum banyak riset yang bilang AI selalu lebih jago dari manusia. Bahkan ada yang dapat ide nyeleneh kayak “Ini sesuatu yang kamu nggak butuhin.” Ya, jelas bikin garuk kepala!
Tapi jangan langsung buang AI, ya:
- AI itu keren buat bantu brainstorming atau lawan writer’s block. Kan enak ada bahan awal buat dikembangin.
- Bisa juga dipakai buat bikin A/B test cepat, tinggal minta AI bikin variasi dari subject line yang kamu punya.
- Hasil AI tergantung tool dan cara kamu ngasih instruksi. Kalau tools yang cuma isi form itu kurang greget, coba pakai chatbot AI kayak ChatGPT atau Grok di Twitter/X. Mereka paham konteks lebih baik karena kamu bisa ngobrol langsung.
- Kalau males bikin prompt, coba Selzy! Di email builder mereka ada AI yang otomatis bikin subject line dan preheader dari isi email kamu. Praktis banget, tinggal klik dan tunggu hasilnya.
A/B test
Mau tau rahasia buat subject line yang benar-benar nendang? A/B test, bro! Semua laporan dan statistik keren nggak bakal ngasih jawaban pasti soal apa yang cocok buat audiens kamu.
Caranya? Gampang:
- Satu variabel aja yang diubah.
Jangan bikin dua subject yang beda total, nanti bingung. Coba bedain soal satu hal aja, misal pake emoji atau nggak, kalimat tanya atau biasa, atau tambahin angka. - Tahu apa yang kamu uji.
Jangan asal coba dua versi acak. Misal, “Coba SEO hacks ini” sama “SEO hacks untuk dicoba” itu kurang pas buat A/B test. Tapi “Coba SEO hacks ini” vs “Coba 10 SEO hacks ini” bisa dipakai buat lihat pengaruh angka. - Hasilnya jangan langsung diambil serius banget.
Banyak ESP nggak ngitung signifikansi statistik, padahal itu penting biar kamu tau hasilnya beneran valid. Kamu bisa pakai kalkulator A/B test atau software kayak SPSS kalau mau lebih dalem.
Intinya, A/B test itu kunci biar kamu nggak nebak-nebak doang, tapi beneran tau apa yang works buat kamu!
Penutup
Nggak ada yang suka nulis subjek email, soalnya susah dan salah dikit bisa bikin email kamu nggak dibuka, nggak diklik, bahkan gagal ngejual.
Tapi aku harap tips-tips ini bisa bikin kamu nggak stres, malah jadi seru dan menantang buat dicoba.
Tinggalkan komentar